BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
MasalahSampah merupakan konsekuensi dari adanya
aktifitas manusia. Setiap
aktifitas manusia pasti menghasilkan sampah. Jumlah atau volume sampah
sebanding dengan tingkat konsumsi kitaterhadap
barang/material yang kita gunakan sehari-hari. Demikianjuga dengan jenis
sampah, sangat tergantung dari jenis
material yang kita konsumsi. Oleh karena itu
pegelolaan sampah tidak bisa lepas juga
dari ‘pengelolaan’ gaya hidup masyrakat. Masalah sampahsudah menjadi topik utama yang ada pada bangsa
kita. Mulai dari lingkungan terkecil sampai kepada lingkup yang besar. Banyak
halyang menyebabkan terjadinya penumpukan sampah ini. Namun yang pasti
faktor individu sangatlah berpengaruh dalam hal ini. Indonesia merupakan contoh
nyata dalam hal persoalan sampah.
Sampai sekarang, pengelolaan sampah di Indonesia masih menggunakan
paradigma lama: kumpul-angkut-buang. Source reduction (reduksi
mulai dari sumbernya) atau pemilahan sampah tidak pernah berjalan dengan baik.
Meskipun telah ada upaya pengomposan dan daur ulang, tapi masih terbatas dan
tidak sustainable. Sehingga banyak tejadi pencemaran dimana-mana, hal ini
terlebih dalam kasus sampah, di mana gangguan bau yang menusuk dan pemandangan
(keindahan/kebersihan) sangat menarik perhatian panca indera kita. Begitu
dominannya gangguan bau dan pemandangan dari sampah inilah yang telah
mengalihkan kita dari bahaya racun dari sampah, yang lebih mengancam
kelangsungan hidup kita dan anak cucu kita baik oleh bentuk, rupa, maupun bau
yang di timbulkan. Dampak kesehatannya yang berjangka panjang, membuatnya lepas
dari perhatian kita. Kita lebih risau dengan gangguan yang langsung bisa dirasakan
oleh panca indera kita dari pada efek jangka panjangnya.
dengan bantuan mikroba maupun biota tanah. Sampah terdiri dari dua
bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata persentase bahan organik
sampah mencapai ±80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang
sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat semakin tingginya
jumlah sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan
terjadinya polusi bau dan lepasnya gas metana ke udara. Jepara menghasilkan
hampir 2500 ton sampah setiap harinya, di mana sekitar 65%-nya adalah sampah
organik. Dan dari jumlah tersebut, 1400 ton dihasilkan oleh seluruh pasar yang
ada di Jepara, di mana 95%-nya adalah sampah organik. Melihat besarnya sampah
organik yang dihasilkan oleh masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah sampah
organik menjadi pupuk organik demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan
masyarakat (Rohendi, 2005).