BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
MasalahSampah merupakan konsekuensi dari adanya
aktifitas manusia. Setiap
aktifitas manusia pasti menghasilkan sampah. Jumlah atau volume sampah
sebanding dengan tingkat konsumsi kitaterhadap
barang/material yang kita gunakan sehari-hari. Demikianjuga dengan jenis
sampah, sangat tergantung dari jenis
material yang kita konsumsi. Oleh karena itu
pegelolaan sampah tidak bisa lepas juga
dari ‘pengelolaan’ gaya hidup masyrakat. Masalah sampahsudah menjadi topik utama yang ada pada bangsa
kita. Mulai dari lingkungan terkecil sampai kepada lingkup yang besar. Banyak
halyang menyebabkan terjadinya penumpukan sampah ini. Namun yang pasti
faktor individu sangatlah berpengaruh dalam hal ini. Indonesia merupakan contoh
nyata dalam hal persoalan sampah.
Sampai sekarang, pengelolaan sampah di Indonesia masih menggunakan
paradigma lama: kumpul-angkut-buang. Source reduction (reduksi
mulai dari sumbernya) atau pemilahan sampah tidak pernah berjalan dengan baik.
Meskipun telah ada upaya pengomposan dan daur ulang, tapi masih terbatas dan
tidak sustainable. Sehingga banyak tejadi pencemaran dimana-mana, hal ini
terlebih dalam kasus sampah, di mana gangguan bau yang menusuk dan pemandangan
(keindahan/kebersihan) sangat menarik perhatian panca indera kita. Begitu
dominannya gangguan bau dan pemandangan dari sampah inilah yang telah
mengalihkan kita dari bahaya racun dari sampah, yang lebih mengancam
kelangsungan hidup kita dan anak cucu kita baik oleh bentuk, rupa, maupun bau
yang di timbulkan. Dampak kesehatannya yang berjangka panjang, membuatnya lepas
dari perhatian kita. Kita lebih risau dengan gangguan yang langsung bisa dirasakan
oleh panca indera kita dari pada efek jangka panjangnya.
dengan bantuan mikroba maupun biota tanah. Sampah terdiri dari dua
bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata persentase bahan organik
sampah mencapai ±80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang
sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat semakin tingginya
jumlah sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan
terjadinya polusi bau dan lepasnya gas metana ke udara. Jepara menghasilkan
hampir 2500 ton sampah setiap harinya, di mana sekitar 65%-nya adalah sampah
organik. Dan dari jumlah tersebut, 1400 ton dihasilkan oleh seluruh pasar yang
ada di Jepara, di mana 95%-nya adalah sampah organik. Melihat besarnya sampah
organik yang dihasilkan oleh masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah sampah
organik menjadi pupuk organik demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan
masyarakat (Rohendi, 2005).
Pengomposan adalah cara yang paling tepat untuk mengatasi masalah
sampah organik. Dengan pengomposan sampah organik akan di ubah menjadi pupuk
yang dapat di gunakan untuk menunjang kesuburan tanah ataupun tanaman. Secara
alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alaminnya. Untuk
mempercepat proses pengomposan ini telah banyak dikembangkan
teknologi-teknologi pengomposan. Baik pengomposan dengan teknologi sederhana,
sedang, maupun teknologi tinggi. Pada prinsipnya pengembangan teknologi
pengomposan didasarkan pada proses penguraian bahan organic yang terjadi secara
alami. Proses penguraian dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan
dapat berjalan dengan lebih cepat dan efisien. Teknologi pengomposan saat ini
menjadi sangat penting artinya terutama untuk mengatasi permasalahan limbah
organic, seperti untuk mengatasi masalah sampah di kota-kota besar, limbah
organik industry, serta limbah pertanian dan perkebunan.
Meskipun demikian, masih banyak warga dan masyarakat kita yang
belum mengerti apa manfaat sampah organik itu. Sehingga perlu adanya informasi
atau penyuluhan bagi masyarakat agar sumber daya yang ada di sekitah mereka
tidak terabai dan terbuang dengan percuma. Untuk itu, makalah dengan judul
“Pemanfaatan Sampah Organik Untuk Pembuatan Kompos” sangat menarik untuk di simak.
B.
Rumusan Masalah
1. Apakah sampah organik bisa dimanfaatkan
sebagai kompos?
2.
Bagaimana pemanfaatan sampah organik sebagai kompos?
C.
Tujuan
1. mendeskripsikan tentang sampah organik dan pengomposannya.
2.
menjelaskan pengertian kompos.
3.
menjelaskan proses-proses pengomposan.
4.
menjelaskan manfaat-manfaat sampah organik.
D.
Manfaat
1. Masyarakat mengetahui manfaat sampah organik.
2. Masyakat menjadi tahu apa itu kompos dan bagaiman prosesnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
1. Pengertian Sampah Organik
Sampah Organik adalah merupakan barang yang dianggap sudah
tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa
dipakai kalau dikelola dengan prosedur yang benar. Organik adalah proses yang
kokoh dan relatif cepat, maka tanda apa
yang kita punya untuk menyatakan bahwa bahan-bahan pokok kehidupan, sebutlah
molekul organik, dan planet-planet sejenis, ada juga di suatu tempat di jagad
raya? sekali lagi beberapa penemuan baru memberikan rasa optimis yang cukup penting. Sampah organik adalah sampah
yang bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang
lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos).
2. Jenis-jenis
Sampah Organik
Sampah
organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan.Sampah
organik sendiri dibagi menjadi :
a.
Sampah organik basah.
Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa sayuran.
Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa sayuran.
b.
Sampah organik kering.
Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering adalah bahan organik lain yang kandungan airnya kecil. Contoh sampah organik kering di antaranya kertas, kayu atau ranting pohon, dan dedaunan kering.
Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering adalah bahan organik lain yang kandungan airnya kecil. Contoh sampah organik kering di antaranya kertas, kayu atau ranting pohon, dan dedaunan kering.
3. Prinsip Pengolahan Sampah
Berikut
adalah prinsip-prinsip yang bisa diterapkan dalam pengolahan sampah.
Prinsip-prinsip ini dikenal dengan nama 4R, yaitu:
a.
Mengurangi ( reduce)
Sebisa mungkin meminimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
Sebisa mungkin meminimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
b.
Menggunakan kembali ( reuse)
Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai, buang ( disposable).
Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai, buang ( disposable).
c.
Mendaur ulang ( recycle)
Sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna didaur ulang lagi. Tidak semua barang bisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah banyak tidak resmi (informal) dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
Sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna didaur ulang lagi. Tidak semua barang bisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah banyak tidak resmi (informal) dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
d.
Mengganti (replace)
Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama.
Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama.
4. Kompos
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak
lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara
artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang
hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford,
2003). Sampah pasar khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar
ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah organik
sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya
sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan
sisanya anorganik.
Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aaerobik maupun
anaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Aktivator pengomposan yang
sudah banyak beredar antara lain PROMI (Promoting Microbes), OrgaDec, SuperDec,
ActiComp, BioPos, EM4, Green Phoskko Organic Decomposer dan SUPERFARM
(Effective Microorganism)atau menggunakan cacing guna mendapatkan kompos
(vermicompost). Setiap aktivator memiliki keunggulan sendiri-sendiri.
Pengomposan sampah kota umumnya sama saja seperti pengomposan bahan baku
lainnya. Hanya yang patut dipikirkan adalah jumlah bahan organik kering yang
digunakan dalam pencampuran bahan baku proses pengomposan. Proses
pengomposan dapat terjadi secara aerobik
(menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Peran bahan organik
terhadap sifat fisik tanah di antaranya adalah :
1. merangsang granulasi.
2. memperbaiki aerasi tanah.
3. meningkatkan kemampuan menahan air.
Sedangkan peran bahan organik terhadap sifat biologis
tanah adalah :
1. meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang
berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu seperti N, P, dan S.
Peran
bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah :
1.
meningkatkan
kapasitas tukar kation sehingga memengaruhi serapan hara oleh tanaman (Gaur, 1980).
Beberapa
studi telah dilakukan terkait manfaat kompos bagi tanah dan pertumbuhan
tanaman. Penelitian Abdurohim, 2008, menunjukkan bahwa kompos memberikan
peningkatan kadar Kalium pada tanah lebih tinggi dari pada kalium yang
disediakan pupuk NPK, namun kadar fosfor tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
dengan NPK. Hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman yang ditelitinya ketika
itu, caisin (Brassica oleracea), menjadi lebih baik dibandingkan dengan
NPK.
Hasil
penelitian Handayani, 2009, berdasarkan hasil uji Duncan, pupuk cacing (vermicompost)
memberikan hasil pertumbuhan yang terbaik pada pertumbuhan bibit Salam (Eugenia
polyantha Wight) pada media tanam subsoil. Indikatornya terdapat
pada diameter batang, dan sebagainya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
penambahan pupuk anorganik tidak memberikan efek apapun pada pertumbuhan bibit,
mengingat media tanam subsoil merupakan media tanam dengan pH yang
rendah sehingga penyerapan hara tidak optimal. Pemberian kompos akan menambah
bahan organik tanah sehingga meningkatkan kapasitas tukar kation tanah dan
memengaruhi serapan hara oleh tanah, walau tanah dalam keadaan masam.
Dalam
sebuah artikel yang diterbitkan Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut
Pertanian Bogor menyebutkan bahwa kompos bagase (kompos yang dibuat dari ampas
tebu) yang diaplikasikan pada tanaman tebu (Saccharum officinarum L)
meningkatkan penyerapan nitrogen secara signifikan setelah tiga bulan
pengaplikasian dibandingkan degan yang tanpa kompos, namun tidak ada
peningkatan yang berarti terhadap penyerapan fosfor, kalium, dan sulfur.
Penggunaan kompos bagase dengan pupuk anorganik secara bersamaan tidak
meningkatkan laju pertumbuhan, tinggi, dan diameter dari batang, namun
diperkirakan dapat meningkatkan rendemen gula dalam tebu.
B. Metode Penelitian
Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dan
Tinjaun Pustaka. Metode observasi merupakan suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun
suatu kelas peristiwa pada masa sekarang secara langsung.
Sedangkan
tinjaun pustaka adalah suatu metode dengan menggali sumber dari berbagai sumber
refrensi seperti buku, koran, majalah, kamus, internet ataupun pendapat para
ahli yang telah terbukti kebenarannya.
C. Deskripsi Masalah
1. Pengertian Kompos dan Pengomposan
Menurut
Indriani (2005) kompos merupakan semua bahan organik yang telah mengalami
penguraian sehingga bentuk dan wujudnya sudah
tidak dikenali bentuk aslinya, berwarna kehitam-hitaman dan tidak berbau.
Dari definisi di atas, menurut gambaran saya, Kompos
merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti daun-daunan, jerami,
alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis yang sudah tidak bisa di kenali lagi bahan satu dengan yang
lain dan proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan
manusia. Sedangkan
pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara
biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik
sebagai sumber energi. Pada dasarnya semua bahan-bahan organik padat dapat
dikomposkan, misalnya: limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik
pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan, limbah-limbah pertanian,
limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah
pabrik kelapa sawit, dll. Bahan organik yang sulit untuk dikomposkan antara
lain: tulang, tanduk, dan rambut. Cara pengkomposan merupakan cara sederhana
dan dapat menghasilkan pupuk yang mempunyai nilai ekonomi. Sampah rumah tangga
bisa diubah menjadi kompos yang berguna untuk tumbuh-tumbuhan di pekarangan
rumah sendiri. Sampah basah (organik) bekas makanan-atau minuman sehari-hari
dipisahkan dari sampah kering (anorganik) seperti kaleng, plastik, kertas.
Sampah basah itu kemudian ditumpuk dalam sebuah lubang kecil di pekarangan
rumah. Dalam jangka waktu tertentu bagian paling bawah dalam tumpukan tersebut
bisa diangkat kemudian ditebarkan ke tanaman sebagai pupuk kompos. Pengolahan
sampah menjadi kompos, yang bisa dimanfaatkan memperbaiki struktur tanah, untuk
meningkatkan permeabilitas tanah, dan dapat mengurangi ketergantungan pada
pemakaian pupuk mineral (anorganik) seperti urea. Selain mahal, urea juga
dikhawatirkan menambah tingkat polusi tanah.
2. Manfaat Kompos
Berikut ini beberapa manfaat pembuatan kompos
menggunakan sampah rumah tangga.
- Mampu menyediakan pupuk organik yang murah dan ramah lingkungan.
- mengurangi tumpukan sampah organik yang berserakan di sekitar tempat tinggal.
- Membantu pengelolaan sampah secara dini dan cepat.
- Menghemat biaya pengangkutan sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA).
- Mengurangi kebutuhan lahan tempat pembuangan sampah akhir (TPA).
- Menyelamatkan lingkungan dari kerusakan dan gangguan berupa bau, selokan macet, banjir, tanah longsor, serta penyakit yang ditularkan oleh serangga dan binatang pengerat.
Beberapa
manfaat kompos yang lain adalah Kompos memperbaiki struktur tanah dengan
meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan
tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang
bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas
mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas
mikroba tanah juga d iketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan
penyakit. Tanaman
yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada
tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan
disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.
Kompos
memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:
Aspek
Ekonomi :
- Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
- Mengurangi volume/ukuran limbah
- Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek
Lingkungan :
- Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah
- Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek
bagi tanah/tanaman:
- Meningkatkan kesuburan tanah
- Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
- Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
- Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
- Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
- Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
- Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
- Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
C. Solusi
1.
Cara Pembuatan Kompos
Berikut ini adalah proses pembuatan kompos
dengan menggunakan cara yang praktis:
Bahan yang diperlukan:
Bahan organik , misal: sisa sayur, sisa nasi, daun yang sudah kering dan sampah organik lain yang telah dipotong dan dibasahi.
Cara membuat kompos:
Bahan yang diperlukan:
Bahan organik , misal: sisa sayur, sisa nasi, daun yang sudah kering dan sampah organik lain yang telah dipotong dan dibasahi.
Cara membuat kompos:
- Potong-potong bahan organik diatas sehingga berukuran kecil
- Setelah itu, tumpuk dan taruh rumput di bagian atas pada wadah drum, ember plastic, atau bisa juga menggunakan.
- Buat tumpukan setebal 15 cm
- Taruh kotoran ternak yang telah dibasahi pada bagian paling atas tumpukan, kotoran ternak ini berfungsi sebagai mikroorganisme pengurai (atau bisa menggunakan tumbuhan kompos).
- Lakukan menggunakan cara yang sama sampai semua bahan habis.
- Tumpuk semuanya sampai mencapai ketinggian maksimal 1,2 m
- Jaga kelembaban dalam tumpukan bahan agar tetap lembab dan tidak becek
- Apabila pengomposan berlangsung baik, pada minggu ke 3-4 akan terjadi kenaikan suhu. Gunakan tongkat kayu untuk mengetahui telah terjadi kenaikan suhu dengan cara menusukkan tongkat kayu tersebut ke dalam tumpukan kompos kemudian tarik dan lihat ujung tongkatnya, apakah sudah terasa lembab dan hangat. Bila iya, berarti proses pengomposan berjalan dengan normal dan baik. Jika ujung tongkat terasa kering, segera siramkan air ke dalam kompos. Bila ujung tongkat terasa dingin, berarti pengomposan gagal dan harus diulang kembali pembuatannya dari awal.
- Setelah terjadi kenaikan suhu, maka suhu akan mengalami penurunan. Pada saat inilah tumpukan kompos harus dibalik.
- Sebulan setelah terjadi penurunan suhu dan kompos telah dibalik, maka kompos telah jadi dan siap dipakai
3. Proses Pengomposan
Proses
pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik
(tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik,
dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses
dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses
anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan, karena selama proses pengomposan
akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses anaerobik akan menghasilkan
senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam
asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S.
4. Faktor yang memengaruhi proses pengomposan
Faktor-faktor
yang mempengaruhi proses pengomposan adalah sebagai berikut:
a.
Ukuran
dan jenis bahan organik adalah salah satu komponen penting untuk
mendapatkan hasil yang diharapkan dari pengomposan. Ukuran bahan
organik yang relatif lebih kecil akan mempermudah percepatan proses
pengomposan, disamping ukuran, jenis dan karakter dari bahan organik juga
sangat menentukan, misalkan gabah, partikel kayu/ranting, sabut kelapa,
yang semuanya relatif mempunyai unsur karbon yang tinggi.
b.
Keseimbangan
Nutrisi (Rasio C:N) adalah sangat berpengaruh terhadap kinerja
mikroorganisme dalam merombakan bahan organik selama proses pengomposan
berlangsung. Karbon (C) dibutuhkan oleh mikroorganisme, seperti bakteri,
jamur dan aktinomisetes sebagai sumber energi (makanan), sedangkan Nitrogen
(N) yang umumnya berasal dari protein yang terkandung dalam
bahan organik diperlukan untuk membiakan diri. Apabila kandungan C terlalu
tinggi maka proses pengomposan akan cenderung melambat, namun
apabila kandungan N terlalu tinggi maka umumnya akan cenderung menimbulkan
bau amonia atau bahkan cenderung mengarah pada
pembusukan. Keseimbangan karbon(C) yang berbanding dengan 1 bagian
Nitrogen (N).
c.
Suhu
atau Temperatur yang ditimbulkan selama proses pengomposan
adalah merupakan hasil pelepasan energi reaksi eksotermik dalam tumpukan.
Kenaikan suhu selama proses pengomposan sangat menguntungkan bagi beberapa
jenis mikroorganisme thermofilik, akan tetapi proses pengomposan yg tidak
terkontrol, misalkan suhu di atas 65°-70 °C akan
menyebabkan aktivitas populasi mikroorganisme menjadi menurun
drastis. Untuk menjaga kondisi suhu yang optimum sedianya suhu dalam
tumpukan dipertahankan antara 50°-60 °C, selama kurun waktu 9-11 hari
pertama sejak awal pengomposan atau cukup 7-9 hari pertama dengan
menjaga suhu berkisar antara 60-65 °C. Kondisi ini (kurva suhu tumpukan
kompos) juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti karakter bahan organik
yang dikomp. Makin tinggi volume tumpukan maka makin besar isolasi
panas yang terjadi dalam tumpukan bahan yang dikomposkan.
Perlakuan pembalikan tumpukan kompos akan
sangat membantu proses aerasi dan homogenitas suhu dan bahan. Pembalikan
secara berkala dan teratur akan membantu pemerataan kondisi terhadap
tumpukan kompos bagian bawah, tengah dan atas, namun sebaiknya pembalikan
jangan sering dilakukan, terutama fase awal /dekomposisi, hal ini untuk
menjaga kondisi suhu tumpukan dan aktivitas mikroorganisme dalam
tumpukan. Suhu tumpukan yang dingin akan berakibat proses pengomposan
menjadi lambat.
d.
Kelembaban
atau Kadar Air. Dalam proses pengomposan adalah penting. Air
merupakan media reaksi kimia atau pelarut media membawa nutrisi dan bahan
utama bagi kehidupan mikroorganisme. Jika kondisi kadar air (kelembaban)
dalam tumpukan bahan yang dikomposkan sangat rendah, maka proses
pengomposan akan berjalan sangat lambat, sebaliknya apabila kadar air
terlalu tinggi proses pengomposan juga akan kurang baik, dimana
ruang oksigen dalam tumpukan akan berkurang serta akan menimbulkan bau
yang kurang sedap, proses pengomposan akan cenderung pada anaerob.
Kondisi kelembaban yang optimal berkisar antara 45%-60%. Untuk
memperkirakan kadar air dapat dilakukan dengan cara menggenggam/meremas
bahan organik, bila tidak menetes cairan dan apabila genggaman dibuka
bahan organik akan mengembang namun tidak berhambur, maka
diperkirakan kadar airnya telah cukup untuk proses pengomposan tsb. Untuk
lebih mudahnya dapat diukur dengan alat pengukur kelembaban ( Gauge
Moisture Content).
e.
Aerasi
atau Oksigen diperlukan oleh mikroorganisme untuk melakukan
respirasi. Selama itu berlangsung kandungan oksigen tumpukan akan
berkurang dan kandungan karbondioksida akan meningkat. Ketika kandungan oksigen
dalam tumpukan kurang dari 10% akan menimbulkan bau yang kurang sedap dan
proses pengomposan akan mengarah pada kondisi anaerob. Untuk menjaga kondisi
udara baik yang jumlahnya besar, dapat dilakukan dengan menyuntikkan udara
ke dalam tumpukan atau bila jumlahnya sedikit dapat juga tumpukan dibalik/ diaduk.
Pembalikan tumpukan sebaiknya setiap minggu sekali gunanya untuk menghomogenkan
bahan-bahan yg dikomposkan dan memberikan proses pengomposan yg stabil antara
tumpukan kompos bagian bawah, tengah dan atas.
f.
Bioaktivator adalah
penambahan aktivator mikroorganisme yg menguntungkan akan sangat membantu dalam
proses percepatan pengomposan, dilain pihak penambahan ini akan memungkinkan
kompos yg dihasilkan memiliki karakteristik yang lebih sehat
dan lebih baik bila diterapkan ke dalam tanah. Juga dapat membantu menekan
populasi mikroorganisme penyakit (pathogen) yang banyak
terdapat dalam bahan organik yang dikomposkan terutama
bila yang berasal dari kotoran hewan atau limbah tanaman
berpenyakit.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Pemanfaatan sampah organik rumah tangga sebagai
kompos dapat memberikan fungsi ganda, selain menghasilkan pupuk juga membantu
masyarakat hidup bersih. Guna memaksimalkan pemanfaatan sumber daya alam dan
ruang untuk melestarikan lingkungan hidup menuju masyarakat sejahtera.
Kompos dapat
di manfaatkan sebagai pupuk untuk tanaman yang sekaligus berperan dalam
penyuburan tanah. Selain itu pemanfaatan sampah organik sebagai kompos juga
dapat menghemat banyak sumber daya. Contohnya, sumber daya materi untuk
pembelian pupuk bisa diganti dengan kompos atau bisa juga sumber daya lahan
yang awalnya sebagai tempat pembuangan bisa dijadikan lahan perkebunan dan
ladang.
B. Saran
1. Jagalah kebersihan lingkungan dari
material-material yang merusak dan mengurangi keindahannya. Sebagai contoh
adalah sampah.
2. Sampah bukan sesuatu yang sudah tak ada
artinya, namun sampah adalah sebuah masalah yang harus di cari solusi dan jalan
keluarnya.
3. Pemanfaatan sampah organik dapat membantu
melestarikan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
4. Gunakan kompos sebagai pupuk bagi
tanaman, yang lebih hemat dan ramah
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.suaramerdeka.tv/view/video/31665/manfaatkan-limbah-rumah-tangga-menjadi-kompos| Rabu, 5 mei 2012 01:50
http://id.wikipedia.org/wiki/Sampah_Organik, Rabu, 5 mei 2012 01 :15
http://berbagi-kuman.blogspot.com/2012/02/kompos-sampah-organik-rumah-tangga.html, Senin, 3 mei 2012 20:27
Minggu, 6 - Mei- 2012, 15:34:35
assalamu'alaikum...
BalasHapusingin tanya.. kalau beli superdec dimana ya?? soalnya ditoko didaerah metro saya tidak menemukan superdec... mohon bantuannya jika ada yg jual superdec online. terimakasih